Senin, 10 September 2012

Cairan Pervaginam dan Secret


Cairan Pervaginam dan Sekret :
A.   Keputihan (Leukore)
B.   Amnion
C.   Prosedur Pemeriksaan

A.   KEPUTIHAN
Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina. Keputihan dapat timbul dari berbagai keadaan, yaitu secara normal/fisiologis dan secara patologis. Keputihan fisiologis adalah keputihan yang normal terjadi akibat perubahan hormonal, seperti saat menstruasi, stres, kehamilan, dan pemakaian kontrasepsi. Sedangkan keputihan patologis adalah keputihan yang timbul akibat kondisi medis tertentu dengan penyebab tersering adalah akibat infeksi parasit/jamur/bakteri.
Cairan vagina normal memiliki ciri-ciri antara lain warnanya putih jernih, bila menempel pada pakaian dalam warnanya kuning terang, konsistensi seperti lendir (encer-kental) tergantung siklus hormon, tidak berbau serta tidak menimbulkan keluhan.
Ketika cairan yang keluar dari vagina sudah mengalami perubahan warna (menjadi putih susu, keabuan, hingga kehijauan), berbau, banyak dan disertai keluhan lain (seperti gatal, panas, dll) menunjukkan bahwa telah terjadi keputihan abnormal yang umumnya disebabkan karena infeksi pada saluran reproduksi oleh berbagai kuman, jamur ataupun parasit.

a.    Ada beberapa macam keputihan yaitu :
1.    Keputihan Normal
·         Setiap pengeluaran cairan melalui vagina lebih dari normal dan bukan berupa darah.
·         Salah satu gejala kanker serviks, dengan disertai darah.
·         Normal : berwarna jernih, tidak berbau, tidak gatal, tidak dikeluhkan.
·         Terjadi : saat menarche, ovulasi, keinginan seks meningkat, kehamilan, bayi baru lahir, sedang stress.

2.    Keputihan Abnormal
·         Berbau amis, apek, busuk, kadang bercampur darah, berwarna putih susu, kuning tua, coklat, kehijauan.
·         Disertai infeksi kelamin lainnya.

3.    Dilihat dari Pemeriksaan Fisik
·         Sering ditemukan luka, benjolan-benjolan.
·         Penderita biasanya mengeluhkan gatal, agak lengket, panas, nyeri saat buang air kecil.

a)    Penyebab Keputihan
·         Infeksi bakteri : Gonococcus, Chlamydia, Treponema pallidum, Gardenella.
·         Infeksi jamur : Candida
·         Infeksi parasit : Trichomonas vaginalis
·         Infeksi virus : Herpes, Condyloma acuminata.
·         Pemakaian antiseptic vagina yang terus menerus.
·         Penurunan daya tahan tubuh: kurang gizi, sakit dalam waktu lama, anemia.
·          Pemakaian kondom, KB, tisu wangi, parfum.
·         Penyakit ganas : tumor, kencing manis.
·         PMS :AIDS, Gonorrhoea,
·         Kontrasepsi dalam rahim (AKDR).

b)    Keputihan pada Kanker Kandungan
·         Gejala : Perasaan tidak enak diperut bagian bawah, merasakan adanya benjolan pada perut bagian bawah, atau perut terasa semakin membesar/membuncit, disertai berat badan yang semakin menurun, nafsu makan yang berkurang, wajah, mata, bibir pucat akibat anemia.
·         Haid menjadi tidak keluar sama sekali, lebih panjang, atau disertai rasa nyeri yang lebih dari biasanya.

c)    Pencegahan keputihan
·         Menjaga kebersihan vagina.
·         Hindari pembilasan vagina yang terlalu mendalam.
·         Mencuci tangan sebelum dan sesudah membasuh vagina.
·         Pergantian pembalut dilakukan lebih sering pada saat menstruasi.
·         Hindarkan segala pemakaian bahan kimia
·         Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan.
·         Menjaga kebersihan sanitasi lingkungan.
·         Menjaga kebersihan pasangan seksual.

d)    Pengobatan keputihan
·         Bakteri : diberikan antibiotik golongan metronidazole.
·         Jamur : diberikan anti jamur.
·         Trichomonas : diberikan anti trichomonas.

e)    Cara Pengobatan
·         Obat oral (diminum).
·         Dimasukkan ke vagina.

B.   Amnion
·         Cairan yang memenuhi rahim.
·         Ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban/kantung janin.
·         Diproduksi oleh sel-sel tropoblas, kemudian akan bertambah dengan produksi cairan janin, yaitu seni janin.
·         Jumlah cairan ketuban dapat dipantau melalui USG (parameter AFI : Amniotic Fluid Index).
Cairan amnion mempunyai peranan penting dalam menunjang proses kehamilan dan persalinan.
Di sepanjang kehamilan normal . Kompartemen dari cairan amnion menyediakan ruang bagi janin untuk tumbuh bergerak dan berkembang.
Tanpa cairan amnion rahim akan mengerut dan menekan janin, pada kasus – kasus dimana tejadi kebocoran cairan amnion pada awal trimester pertama janin dapat mengalami kelainan struktur termasuk distrorsi muka , reduksi tungkai dan cacat dinding perut akibat kompresi rahim.
Menjelang pertengahan kehamilan cairan amnion menjadi semakin penting untuk perkembangan dan pertumbuhan janin , antara lain perkembangan paru-parunya , bila tidak ada cairan amnion yang memadai selama pertengahan kehamilan janin akan sering disertai hipoplasia paru dan berlanjut pada kematian.
Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin . Cairan ini mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat pertumbuhanbakteri yang memiliki potensi patogen.
Selama proses persalinan dan kelahiran cairan amnion terus bertindak sebagai medium protektif pada janin untuk memantu dilatasi servik.
Selain itu cairan amnion juga berperan sebagai sarana komunikasi anatara janin dan ibu. Kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari hormon urin janin yang diekskresikan ke dalam cairan amnion.
Cairan amnion juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk melihat adanya kelainan-kelainan pada proses pertumbuhan dan perkembangan janin dengan melakukan kultur sel atau melakukan spectrometer.
Jadi Cairan amnion memegang peranan yang cukup penting dalam proses kehamilan dan persalinan.
Pada permulaan kehamilan , cairan amnion di ultrafisasi oleh plasma ibu . Pada permulaan trimester ke dua , cairan amnion sebagian besar terdiri dari cairan ekstra seluler yang berdifusi melalui kulit janin yang kemudian mencerminkan komposisi plasma janin . setelah minggu ke 20 kornifikasi dari kulit janin tetap mempertahankan difusi ini dan pada saat ini komposisi terbesar pada cairan amnion adalah urine janin. Ginjal janin mulai memproduksi urine pada minggu ke 12 usia kehamilan dan setelah minggu ke 18 memproduksi 7 – 14 ml per hari. Urin janin lebih banyak terdiri dari urea , kreatinin dan asam urat dibandingkan plasma., juga terdiri dari deskuamasi sel-sel janin , vernix, lanuga dan bermacam sekresi.
Karena bersifat hipotonik, efek jaringan menurunkan osmolaritas cairan amnion sejalan dengan kemajuan usia kehamilan.. Cairan pulmonum memberikan sedikit proporsi pada volume amnion, yang difiltrasi melalui plasenta untuk beberapa saat.


            Beberapa Kandungan yang terdapat di cairan Aniomo :
a.    Prolaktin
Prolaktin didapatkan dalam konsentrasi tinggi di cairan amnion , jumlahnya bisa mencapai 10.000 ng/ml , yang didapatkan pada minggu ke 20 sampai 26 ehamilan ,hal ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar prolaktin pada janin (mencapai 350 ng/ml) atau pada plasma ibu (mencapai 150s/d 200 ng/ml) jumlahnya makin menurun dan mencapau titik terendah setelah kehamilan 34 minggu . beberapa penelitian membuktikan bahwa desidua merupakan tempat sintesa prolactin yang berada dalam cairan amnion.
Fungsi dari prolactin yang berada dalam cairan amnion belum diketahui , tetapi berapa peneliti berkesimpulan prolaktin dalam cairan amnion berfungsi memperbaiki transfer cairan dari janin ke bagian ibu , dan menyediakan cairan ekstraseluler serta mempertahankan janin dari dehidrasi selama kehamilan lanjut ketika cairan amnion biasanya bersifat hipotonik.
b.    Alpha feto protein.
Merupakan suatu glikoprotein yang disintesa yolk sac janin pada awal kehamilan Konsentrasinya dalam cairan amnion meningkat sampai kehamilan 13 minggu dan kemudian akan berkurang.
Jika kadar Alpha feto protein ini meningkat dan diiringi dengan peningkatan kadar asetil kolin esterase menunjukan adanya kelainan jaringan syaraf seperti neural tube defek atau defek janin lainnya.
Jika peningkatan kadar alpha feto protein tidak diiringi dengan peningkatan kadar asetilkolinesterase menunjukan adanya kemungkinan etiologi lain atau adanya kontaminasi dari darah janin.
c.    Lesitin – Sphingomyelin
Lesitin ( dipalmitoyl phosphatidycholine) merupakan suatu unsur yang penting dalam formasi dan stabilisasi dari lapisan surfaktan , yang mempertahankan alveolar dari kolaps dan respiratori distress, sebelum minggu ke 34 kadar lesitin dan sphingomyelin dalam cairan amnion sama konsentrasinya. , setelah minggu ke 34 konsentrasi lesitin terhadap sphingomyelin relative meningkat .
Jika konsentrasi lesitin dalam cairan amnion lebih dari dua kali kadar sphingomyelin ( L/S Ratio ), menunjukan resiko terjadinya gawat nafas pada janin sangat rendah. Tetapi jika perbandingan kadar lesitin sphingomyelin kecil dari dua resiko terjadinya gawat nafas pada janin meningkat.
Karena lesitin dan sphingomyelin juga ditemukan pada darah dan mekonium , kontaminasi oleh kedua substansi tersebut dapat mebiaskan hasil.
Selama kehamilan sejumlah agen bioaktif bertumpuk di cairan amnion , kompartemen cairan amnion merupakan suatu tempat penyimpanan yang luar biasa yang khususnya bermanfaat dalam kehamilan dan persalinan. Banyaknya agen bioaktif yang terakumulasi dalam cairan amnion selama kehamilan merupakan suatu hal yang tipikal dari inflamasi jaringan . Suatu hal yang unik dari agen agen bioaktif ini adalah bersifat uterotonik seperti PGE2 , PGF2 , PAF dan endothelin-1 , produk-produk ini dapat dilihat pada vaginadan cairan amnion setelah proses persalinan dimulai . Agen-agen inflamasi ini penting peranannya dalam proses dilatasi servik .

d.    Sitokin
Makrofag terdapat dalam cairan amnion dalam jumlah yang kecil sebelum proses persalinan , sebenarnya leukosit tidak dapt melakukan penetrasi normal melalui membran janin baik secara in vivo atau in vitro, tetapi dengan adanya inflamasi dari desidua pada partus preterm , leukosit ibu akan diambil menuju cairan amnion , fenomena juga pada partus yang aterm, aktivasi leukosit diakselerasi oleh inflamasi dan memungkin kan melewati membran janin.
e.    Interleukin -1β
Interleukin -1β merupakan sitokin primer , yang diproduksi secara cepat sebagai respon dari infeksi dan perubahan imunologi dan Interleukin -1β akan merangsang sitokin lain dan mediator inflamasi lainnya.
Interleukin -1β secara normal tidak terdeteksi sebelum proses persalinan , Interleukin -1β baru akan muncul pada cairan amnion pada persalinan yang preterm atau sebagai reaksi dari infeksi pada cairan amnion.
Pada kehamilan aterm,s eperti prostaglandin Interleukin -1β diproduksi pada desidua setelah induksi persalinan atau dilatasi servik, yang kemudian akan didistribusikan pada cairan amnion dan vagina.
Sitokin lainnya yang terdapat dalam cairan amnion adalah Interleukin -6 atau Interleukin – 8.

f.     Prostaglandin
Prostaglandin terutama PGE2 juga PGFdi dapatkan pada cairan amnion pada semua tahap persalinan . Sebelum proses persalinan dimulai prostanoid dalam cairan amnion dihasilkan dari ekskresi urine janin dan mungkin juga oleh kulit , paru-paru dan tali pusat. Seiring dengan pertumbuhan janin , kadar prostaglandin dalam cairan amnion meningkat secara bertahap.Walaupun demikian tidak ada pertambahan kadar prostaglandin yang dapat dihubungkan atau diinterprestasikan sebagai pertanda pre partus. faktanya jumlah total kadar prostaglandin dalam cairan amnion pada saat kehamilan cukup bulan sebelum persalinan dimulai sangat kecil (sekitar 1μg) , karena waktu paruh prostaglandin dalam cairan amnion sangat lama yaitu 6 – 12 jam , jumlah dari prostaglandin yang memasuki cairan amnion sangat kecil.
Hubungan antara peningkatan kadar prostaglandin dalam cairan amnion dan inisiasi dari persalinan menjadi suatu tanda tanya selama lebih 30 tahun terakhir.
Kadar prostaglandin dalam cairan amnion sebelum dan selama persalinan pada kehamilan aterm dapat dilihat pada table 3-3 dan 3-4.
Konsentrasi dari PGF2α , PGFM dan PGE pada bagian atas cairan amnion pada saat permulaan persalinan (pembukaan 2,5 atau kurang) tidak lebih besar dibandingkan sebelum proses persalinan , kadar prostaglandin dalam kantong belakang cairan amnion pada saat pembukaan 3 cm jauh lebih besar dibandingkan kadarnya sebelum proses persalinan dimulai , dan lebih lanjut kadarnya akan meningkat seiring dengan makin majunya pembukaan servik.
Lebih lanjut kadar prostaglandin pada kantong belakang jauh lebih besar dari pada bagian atas pada semua thap dari proses persalinan.
Kadar prostaglandin cairan amnion di bagian atas pada saat pembukaan 3 sampai dengan 5 cm secara signifikan lebih besar dibandingkan kadarnya sebelum proses persalinan dimulai.
Setelah itu pada pembukaan 5,5 sampai dengan 7 cm tidak ada peningkatan kadar prostaglandin pada bagian atas cairan amion.
Dilatasi cervik pada pembukaaan 3 sampai dengan 5 memegang peranan penting dalam kemajuan persalinan . Pada tahap ini bagian janin telah masuk ke dalam pelvis ibu , yang membagi dua cairan amnion secara anatomi dan fungsi ke dalam dua bagian. Sebelum pemisahan lengkap dari dua bagian ini kandungan dari cairan amnion dapat bercampur antara keduanya , tetapi setelah pemisahan lengkap dari cairan amnion ini transfer prostaglandin dari kantong belakang ke bagian atas menurun abahkan hilang sama sekali.
PGFM yang terdapat pada kantong belakang cairan amnion jumlahnya jauh lebih besar dari pada PGE .
Lebih lanjut banyak bukti yang menunjukan bahwa peningkatan kadar prostaglandin dalam cairan amnion bukan merupakan suatu indikasi bahwa prostaglandin mempunyai peranan penting dalam inisiasi persalinan :
1. Tidak adanya hubungan peningkatan kadar prostaglandin dengan proses persalinan sebelum persalinan dimulai.
2. Jumlah total prostaglandin dalam cairan amnion dan jumlah yang memasuki cairan amnion sebelum dan selama persalinan sangat kecil dibandingkan kadar yang dibutuhkan untuk menginduksi persalinan.
3. Kadar Prostaglandin pada kantong belakang kompartemen berhubungan dengan proses dilatasi servik

g.    Platelet activing factor (PAF)
Platelet activing factor merupakan suatu reseptor yang termasuk dalam kelompok heptahelicl dari reseptor transmembran dan berperan pada peningkatan sel-sel myuometrium serta meningkatkan kontraksi uterus.
Kadar Platelet activing factor dalam cairan amnion meningkat selama proses persalinan.
Platelet activing factor , seperti prostaglandin , sitokinin dan endothelin-1 , diproduksi di leukosit sebagai hasil proses inflamasi yang terjadi ketika servik berdilatasi.
Platelet activing factor diinaktifkan oleh enzim Platelet activing factor acetylhudrolase. Enzim ini didapatkan pada aktifitas spesifik yang tinggi dari makrofag, yang terdapat dalam jumlah yang besar di desidua.
Pelepasan arakidonat dari 1-alkil-2 arakidonoil fosfatidilkolin menyokong pembentukan Platelet activing factor karena produk lain dari reaksi ini , yaitu 1-alkil lisifosfatidilkolin , yang merupakan kosubtrat untuk biosintesis Platelet activing factor
1.    Fungsi
·         Sebagai bantalan/peredam/pelindung janin terhadap benturan dari luar.
·         Tempat perkembangan musculoskeletal janin.
·         Memungkinkan janin leluasa tumbuh dan bergerak ke segala arah.
·         Sebagai benteng terhadap kuman dari luar tubuh ibu.
·         Menjaga kestabilan suhu tubuh janin.
·         Sebagai alat bantu diagnostik dokter pada pemeriksaan amniosentesis.

2.    Volume
Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan bervariasi , secara umum volume bertambah 10 ml per minggu pada minggu ke 8 usia kehamilan dan meningkat menjadi 60 ml per minggu pada usia kehamilan 21 minggu, yang kemudian akan menurun secara bertahap sampai volume yang tetap setelah usia kehamilan 33 minggu.. normal volume cairan amnion bertambah dari 50 ml pada saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada pertengahan gestasi dan 1000 – 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm jumlah cairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang.( .(1,2,3,4,5,,6,9).
Keadaan dimana jumlah cairan amnion tersebut kurang dari normal disebut olygohidoamnion.
Pada keadaan – keadaan tertentu jumlah cairan amnion dapat mencapai 2000 ml hal ini disebut dengan hydramnion.

·         Normal : sekitar 1.000 cc.
·         Kurang (oligohidramnion) : lebih sedikit dari 500 cc.
·         Lebih (polihidramnion/hidramnion) : mencapai 3-5 liter

3.    Tanda Robeknya Amnion
·         Cairan keluar secara berlebih atau sedikit tetapi terus-menerus melalui vagina.
·         Biasanya berbau agak anyir, warnanya jernih, dan tidak kental.
·         Gerakan janin menyebabkan perut ibu terasa nyeri.

4.    Penyebab
·         Infeksi vagina/jalan lahir.

5.    Dampak
·         Mengganggu kehidupan janin,
·         Kondisi gawat janin.
·         Janin berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran kemih,
·         Pertumbuhannya terhambat,
·         Meninggal sebelum dilahirkan.
·         Bayi berisiko tak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir.
·         Terjadinya infeksi oleh kuman yang berasal dari bawah.
·         Pada kehamilan lewat bulan : terjadi karena ukuran tubuh janin semakin besar.
·         Menjaga kebersihan vagina.
·         Menjalani pola hidup sehat, terutama makan dengan asupan gizi berimbang.

6.    Kelebihan Amnion Terjadi karena ;
·         Produksi air seni janin berlebihan.
·         Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrosefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital.
·          Ada sumbatan/penyempitan saluran cerna pada janin

7.    Dampak
·         Kandungan cepat membesar
·         Pembesaran perut berlebih
·         Pembuluh darah di bawah kulit terlihat jelas
·         Lapisan kulit pecah.
·         Perdarahan pascapersalinan.
·         Komplikasi plasenta terlepas dari tempat perlekatannya.
·          Pertambahan lingkaran perut dan tinggi rahim cepat
·          Peregangan rahim .
·         Persalinan prematur.
·         Letak janin umumnya jadi tidak normal.
·         Terjadi kontraksi sebelum waktunya.
·         Risiko terjadinya kematian janin dalam kandungan

8.    Penanganan
·         Menyedot atau mengeluarkan sebagian cairan ketuban melalui sebuah jarum(amniosentesis) khusus yang dimasukkan dari permukaan perut.
·         Operasi sesar

C.   PROSEDUR PEMERIKSAAN PER VAGINAM
1.    Memberitahu dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
2.    Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien
·         Kapas lidi steril atau oase.
·         Obyek glass.
·         Bengkok .
·         Sarung tangan.
·         Spekulum.
·         Kain Kassa, kapas sublimat dan perak.
3.    Memasang sampiran
4.     Membuka atau menganjurkan pasien menanggalkan pakaian bawah (tetap jaga privasi pasien).
5.     Memasang pengalas dibawah bokong pasien.
6.     Mengatur posisi pasien dengan kaki di tekuk .
7.    Mencuci tangan dengan sabun, air mengalir, dan mengeringkan dengan handuk bersih.
8.    Memakai sarung tangan.
9.    Buka labia mayoranya dengan ibu jari, jari telunjuk tangan yang tidak dominan.
10. Mengambil sekret vagina dengan kapa lidi, tangan yang dominan sesuai kebutuhan.
11. Mengusapkan sekret vagina pada obyek glass yang disediakan
12. Membuang kapas lidi dalam bengkok.
13. Memasukkan obyek glass kedalam piring petri atau kedalam tabung kimia dan ditutup.
14. Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen uantuk di kirim ke laboraturium .
15. Membereskan alat.
16. Melepas sarung tangan.
17. Mencuci tangan dengan sabun , air mengalir dan mengeringkan dengan handuk bersih.
18. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.

a.    Sekret/Sputum
·         Dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman : tuberculosis pulmonal, pneumonia bakteri, bronkhitis kronis, bronkhietaksis.

b.    Prosedur pengambilan secret :
1.    Mencuci tangan.
2.    Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada klien.

c.    Mendekatkan alat dekat klien, diantaranya:
·         Suction pump dengan botol berisi cairan desinfektan.
·         Karakter penghisap lendir .
·         Sarung tangan steril.
·         Insert steril.
·         Dua kom berisi larutan NaCl 0,9% dan larutan desinfektan.
·         Kassa steril.
·         Kertas tissue.
·         Stetoskop.
·         Tempatkan klien pada posisi terlentang dengan kepala miring ke arah perawat.
·         Gunakan sarung tangan.
·         Hubungkan kateter penghisap dengan selang penghisap .
·         Mesin penghisap dihidupkan.
·         Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkan kateter penghisap kedalam kom berisi aquades atau NaCl 0,9 % untuk mempertahankan tingkat kesterilan (asepsis).
·         Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap .
·         Gunakan alat penghisap dengan tekanan 110-150 mmHg untuk dewasa, 95-110 mmHg untuk anak-anak, dan 50-95 mmHg untuk bayi
·         Tarik dengan memutar kateter penghisap tidak lebih dari 15 detik.
·         Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9%.
·         Lakukan penghisapan antara penghisapan pertama dengan dalam dan batuk. Apabila pasien mengalami distress pernafasan, biarkan istirahat 20-30 detik sebelum melakukan penghisapan berikutnya.
·         Setelah selesai, kaji jumlah, kosistensi, warna, bau sekret, dan respon pasien terhadap prosedur yang dilakukan.
·         Membereskan alat dan klien.
·         Mencuci tangan.
·         Mendokumentasi